JANGAN MERAJUKLAH PA..


Saya hanya bisa tersenyum ketika saya memperhatikan dua orang yang sedang bermain playstation di tempat saya bekerja tepatnya di sebuah mall ternama di Batam. Bukan pemandangan yang lazim terlihat, karena dua orang ini adalah dua pria beda generasi. Yap, yang saya maksud adalah seorang anak berumur belasan tahun dan seorang ayah yang berumur sekitar 40-an tahun.

Game yang mereka mainkan adalah permainan anak laki-laki pada umumnya yaitu Winning Eleven, sebuah game sepak bola yang selalu seru dimainkan berdua. Mereka menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk bermain game tersebut sambil menunggu sang ibu berbelanja. Mungkin sudah 4 atau 5 jam waktu yang mereka abaikan untuk bermain game tersebut.
Namun suatu kelucuan terjadi ketika sang anak mencetak gol ke gawang sang ayah. Memang terkesan wajar, tapi ada sisi dimana sang ayah mulai menunujukan sifat kanak-kanaknya. Tepatnya ketika sang anak me-replay terus menerus gol yang dia buat dengan cukup indah (baginya). Sang anak merasa bangga dan terus saja mengulang tayangan gol tersebut. Dialog pun terjadi:
Ayah: “udah lah tuh, diulang-ulang terus..” (dengan logat padang setau saya)
Anak: “keren nih pa gol-nya… liat lah tu ha….”
Ayah: “yaudah lah, main lagi.. malas lah papa kayak gini…” (sang ayah yang merasa ‘dipermalukan’ sang anak pun mulai jengkel)
Anak : “iya bentar lah pa… adek (panggilan untuk dirinya) mau liat dulu ni, mantap ni….”
Ayah : “udah lah, malas papa main lagi… bayar aja lah langsung” (sambil meletakkan joystick di lantai)
Sang anak yang belum puas bermain tentu saja tidak ingin selesai. Akhirnya sang anak membujuk sang ayah.
Anak : “mak… jangan gitu lah pa.. gitu aja merajuk wak…..”
Ayah : “iya, udah papa bilang tapi kayak gitu terus.. malas lah papa…”
Anak : “iya, iya lah…. Tapi jangan merajuk-lah pa…. ayo lah main lagi….”
Ayah : “iya… jangan gitu lagi lah.. malas papa main kalau kayak gitu.. tak suka papa….” (sang ayah pun kembali mengambil joystick dan mulai bermain kembali dengan sang anak)

Sesaat saya berfikir, ternyata memang terkadang orang tua juga butuh perhatian dari anak-anak nya dan tidak jarang bersikap manja (kekanak-kanakan) pada anaknya sendiri. Dan terlebih lagi, orang tua juga memiliki sikap cemburu pada anak-anaknya.
Orang tua akan sangat jengkel jika anak-anaknya lebih dekat pada kegiatan yang tidak melibatkan mereka dibandingkan pada mereka sendiri. Orang tua juga akan selalu cemburu jika sang anak sudah memiliki kekasih dan selalu sibuk memperhatikan sang kekasih dibandingkan mereka sendiri. Namun orang tua tidak akan mungkin cemburu jika kita dekat pada agama dan Tuhan, karena memang itulah yang mereka harapkan.
Berbahagialah kita yang masih memiliki ayah dan ibu yang selalu memarahi kita dibalik kasih sayangnya, yang masih menyayangi kita dibalik kesibukannya, yang masih menyibukkan diri untuk kita dibalik keletihannya, dan yang tidak pernah letih untuk mendoakan kita. Jangan pernah kita sia-sia kan apa yang ada pada orang tua kita. Sebaliknya, mintalah perhatian pada mereka karena pasti mereka akan sangat senang jika kita mau bermanja-manja lagi kepada mereka. Mereka sangat rindu akan sifat kanak-kanak kita yang selalu tertidur di pangkuan mereka dan menangis dalam dekapan mereka.