Ngurus Pajak STNK di Batam Kagak Ribet (Lagi) Gan..

Beberapa hari yang lalu saya baru saja mengurus pajak STNK yang sudah mati. Sudah terlambat 2 bulan lebih (red: Bukan Hamil) pembayaran pajak STNK sehingga saya dikenakan denda Rp 90.000,-. Untung saja saya adalah orang yang sadar pajak walaupun kurang taat dengan pajak. Saya berinisiatif untuk menghidupkan kembali pajak STNK saya yang sudah mati.

Saya bertemu dengan beberapa orang yang menunjukkan bagaimana jurus untuk menghidupkan kembali sang pajak STNK ini. Jalan satu-satunya adalah saya harus ke suatu tempat yang dibilang orang sangat berbahaya karena bisa membuat kita dehidrasi, pegal-pegal dan sedikit emosi. Tempat itu bernama SAMSAT, sebelum saya datang orang-orang yang sudah pernah menggunakan ilmu menghidupkan-kembali STNK berkata bahwa tempat itu sempit, sesak dan waktu disana terasa sangat lama. Saya mulai takut dan merinding tak menentu.



Akhirnya saya menuju ke SAMSAT dengan pasrah. Tapi apa yang saya temukan?
-Tempatnya keren, bersih, asik, ga'ribet 
-Antrinya simple dan cepat
-Pelayanan cukup memuaskan
-Cuma 20 menit pajak hidup kembali

Ini dia penampakkannya:
Lagi nunggu panggilan ni gan...

Pak polisi ngasih info pelayanan

Ada layanan untuk saudara untuk saudara kita yang memiliki keterbatasan

Cakep gan? Patung itu mah.....

Pintu masuknya juga mantap

Gedong nya ni gan

Pak polis lagi ngecek nama pemilik STNK
Pesan Riki Octav:
Jangan malas bayar pajak gan, Pemerintah udah berusaha kasih layanan yang terbaik buat kita, masa' ga' kita hargai sih... Toh, pajak itu (seharusnya) juga larinya kekita kok...
Mulai sekarang jadilah Masyarakat Ta'at Pajak....

Sekian dari saya, Wabillahitaufik wa hidayah, wassalamu'alaikum wr. wb.



HARI DAN IMPIAN

Mungkin ini cerita pribadi pertama saya (dalam blog) yang benar-benar menceritakan saya. yap, saya mulai berfikir mungkin saya butuh sedikit meluapkan apa yang dalam benak saya dalam bentuk tulisan dan mudah-mudahan gak alay.... ahhahhahah.... ^.^

Alhamdulillah, Pagi tadi saya baru saja mengambil beasiswa dari Pemprov di gedung Universitas Batam (Uniba). dengan semangat menggelora saya datang untuk menerima sejumlah uang dalam amplop. pukul 8.20 WIB saya sudah di kampus untuk berkumpul bersama teman-teman yang lain. Dengan niat agar bisa pergi bersama-sama, tapi toh yang ada saya hanya bersama teman sekelas saya, Ahmad Hamim Thohari... itupun dia sudah menerima uang beasiswa Pemprov terlebih dahulu di Pinang.

Akhirnya saya pergi dengan Hamim ke Uniba. sesampainya di Uniba saya harus menunggu lagi sekitar 2 jam-an. saya isi kekosongan waktu dengan mendengar musik. akhirnya mahasiswa Politeknik Negeri Batam di panggil untuk menerima beasiswa sekitar pukul 11:00 WIB. kurang lebih 30 mahasiswa yang menerima beasiswa tersebut.

sepulangnya dari sana, saya kembali kekampus dan saya diberikan sebuah brosur pekerjaan oleh Cahya Miranto. "widihhh..!!! kinema coy.... ko dapat dari mana?" ujar saya. "aku dapat dari kepri mall, mereka buka stand pameran di sana.." katanya dalam logat melayu-pinang.

kembali angan-angan saya membumbung..., memang itulah tempat yang saya inginkan. Bekerja sesuai hobby, melewati hari-hari dengan eksperimen baru.. yah... menjadi desainer dan animator. Saya, Fajar dan Cahya sangat bersemangat untuk bisa bergabung di perusahaan multimedia terbesar di Asia Tenggara tersebut.

Namun tuntutan sebagai mahasiswa masih harus saya selesaikan. masih banyak tanggung jawab saya, mempertanggung jawabkan organisasi yang saya pimpin dan yang jelas menyelesaikan tugas akhir. Tentu saja poin utamanya adalah lulus tepat waktu dengan terget "Lulus Dengan Pujian". :D

yah.. mungkin itulah cerita tak beraturan yang mau saya bagi saat ini. Hanya sekedar curhatan dari seseorang yang selalu berharap datang keajaiban dalam hari-harinya. selalu berharap mendapat yang terbaik dari hidupnya. Namun percuma saja kalau tidak ada usaha dan do'a.... jadi harus tetap Keep Spirit..!!!!! ^_^ b

JANGAN MERAJUKLAH PA..


Saya hanya bisa tersenyum ketika saya memperhatikan dua orang yang sedang bermain playstation di tempat saya bekerja tepatnya di sebuah mall ternama di Batam. Bukan pemandangan yang lazim terlihat, karena dua orang ini adalah dua pria beda generasi. Yap, yang saya maksud adalah seorang anak berumur belasan tahun dan seorang ayah yang berumur sekitar 40-an tahun.

Game yang mereka mainkan adalah permainan anak laki-laki pada umumnya yaitu Winning Eleven, sebuah game sepak bola yang selalu seru dimainkan berdua. Mereka menghabiskan waktu hingga berjam-jam untuk bermain game tersebut sambil menunggu sang ibu berbelanja. Mungkin sudah 4 atau 5 jam waktu yang mereka abaikan untuk bermain game tersebut.
Namun suatu kelucuan terjadi ketika sang anak mencetak gol ke gawang sang ayah. Memang terkesan wajar, tapi ada sisi dimana sang ayah mulai menunujukan sifat kanak-kanaknya. Tepatnya ketika sang anak me-replay terus menerus gol yang dia buat dengan cukup indah (baginya). Sang anak merasa bangga dan terus saja mengulang tayangan gol tersebut. Dialog pun terjadi:
Ayah: “udah lah tuh, diulang-ulang terus..” (dengan logat padang setau saya)
Anak: “keren nih pa gol-nya… liat lah tu ha….”
Ayah: “yaudah lah, main lagi.. malas lah papa kayak gini…” (sang ayah yang merasa ‘dipermalukan’ sang anak pun mulai jengkel)
Anak : “iya bentar lah pa… adek (panggilan untuk dirinya) mau liat dulu ni, mantap ni….”
Ayah : “udah lah, malas papa main lagi… bayar aja lah langsung” (sambil meletakkan joystick di lantai)
Sang anak yang belum puas bermain tentu saja tidak ingin selesai. Akhirnya sang anak membujuk sang ayah.
Anak : “mak… jangan gitu lah pa.. gitu aja merajuk wak…..”
Ayah : “iya, udah papa bilang tapi kayak gitu terus.. malas lah papa…”
Anak : “iya, iya lah…. Tapi jangan merajuk-lah pa…. ayo lah main lagi….”
Ayah : “iya… jangan gitu lagi lah.. malas papa main kalau kayak gitu.. tak suka papa….” (sang ayah pun kembali mengambil joystick dan mulai bermain kembali dengan sang anak)

Sesaat saya berfikir, ternyata memang terkadang orang tua juga butuh perhatian dari anak-anak nya dan tidak jarang bersikap manja (kekanak-kanakan) pada anaknya sendiri. Dan terlebih lagi, orang tua juga memiliki sikap cemburu pada anak-anaknya.
Orang tua akan sangat jengkel jika anak-anaknya lebih dekat pada kegiatan yang tidak melibatkan mereka dibandingkan pada mereka sendiri. Orang tua juga akan selalu cemburu jika sang anak sudah memiliki kekasih dan selalu sibuk memperhatikan sang kekasih dibandingkan mereka sendiri. Namun orang tua tidak akan mungkin cemburu jika kita dekat pada agama dan Tuhan, karena memang itulah yang mereka harapkan.
Berbahagialah kita yang masih memiliki ayah dan ibu yang selalu memarahi kita dibalik kasih sayangnya, yang masih menyayangi kita dibalik kesibukannya, yang masih menyibukkan diri untuk kita dibalik keletihannya, dan yang tidak pernah letih untuk mendoakan kita. Jangan pernah kita sia-sia kan apa yang ada pada orang tua kita. Sebaliknya, mintalah perhatian pada mereka karena pasti mereka akan sangat senang jika kita mau bermanja-manja lagi kepada mereka. Mereka sangat rindu akan sifat kanak-kanak kita yang selalu tertidur di pangkuan mereka dan menangis dalam dekapan mereka.

A Note for "I'LL BE THERE"



“If you should ever find someone new
I know he'd better be good to you…”

Tidak sengaja saya membaca lirik lagu “I’ll be There” yang dinyanyikan oleh sebuah group band ternama asal amerika yaitu Jackson Five (1966-1989). Rasa penasaran saya terhadap lagu yang begitu indah ini membuat saya ingin mencari tahu makna dibalik lagu tersebut. Dari apa yang saya pahami mengenai lagu ini ada dua yaitu: Habluminallah dan Habluminannas.

Terlepas dari para penyanyi, salah satunya adalah Michael Jackson, yang notabene non muslim pada waktu itu saya memaknai lagu ini secara objektif. Mengapa saya berani mengatakan ada sisi habluminannas dan habluminallah dalam lagu ini?

HABLUMINALLAH
Kita semua tahu bahwasanya manusia pada dasarnya memiliki dua hubungan yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhannya (habluminallah) dan manusia dengan manusia yang lain (habluminannas). Dalam lagu ini terdapat beberapa lirik yang mengatakan “Just Call my name, and I’ll be there”. Jika diartikan maka “Panggillah aku, maka aku akan berada disana”. Secara hubungan vertical terhadap Allah SWT kita di anjurkan untuk bertasbih (menyebut) seraya beristighfar (memohon ampun) kepada-Nya (An-nasr : 3).

Secara tidak langsung, lirik lagu tersebut mengingatkan kita bahwa kita adalah pemilik dan memiliki Sang Khalik. Maka ingatlah Dia ketika kita dalam kondisi apapun, apakah kita dalam keadaan senang maupun sedih, suka maupun duka, kaya maupun miskin, ketika hidup bahkan hingga ajal menjemput. Disinilah sesungguhnya arti habluminallah yang saya maksud, dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih maka dengan izin Allah maka akan dimudahkan jalan kita.

Penulis ingin berbagi cerita sedikit mengenai kekuatan tasbih. Ketika itu adalah hari dimana diadakannya ulangan harian mata pelajaran dan penulis benar-benar lupa bahwa hari itu ujian dan khilafnya lagi penulis tidak belajar sama sekali. Dengan rasa was-was yang luar biasa akan sulitnya pelajaran fisika, selama perjalanan penulis hanya bisa bertasbih dan beristighfar pada Allah semoga dimudahkan ulangan hari ini. Singkat cerita ternyata ulangan hari itu dibatalkan karena guru-guru ada rapat mendadak.

Pernah juga ketika hari itu adalah tanggal 10, dimana setiap tanggal 10 adalah hari razia rambut bagi siswa SMK N 1 Batam, penulis ketika itu lupa untuk memotong rambut sehingga penulis sangat khawatir akan di colak (potong rambut dengan gaya free-style). Sekali lagi penulis hanya bisa pasrah dan memohon kemudahan dari Allah, walhasil penulis lolos dari incaran gunting yang siap memangsa setiap rambut yang tidak sesuai standar.

HABLUMINANNAS
Nah, mengenai habluminannas, penulis memaknai berdasarkan lirik lagu yang penulis cantumkan diawal tulisan. Disitu berarti “Jika kau pernah mencari seseorang yang baru, aku tahu dia sebaiknya baik bagimu…”, yang berarti kita sebaiknya mencari teman dan berteman dengan orang-orang yang bermanfaat bagi kita. Lebih dalam penulis memaknai ini dalam konteks persahabatan.

Penulis sempat membaca sebuah tulisan dari seseorang yang mengharapkan orang disekitarnya menerima dia apa adanya bukan karna ‘ada apanya’. Disinilah makna lirik itu, kita rela teman kita untuk mencari teman yang baru namun yang kita inginkan adalah teman yang baik untuknya. Bukan teman yang justru memberatkannya yang hanya ada ketika senang dan meninggalkan ketika susah. Lanjutan dari lirik itu adalah, “… Karena apabila dia tidak bisa lebih baik, maka aku yang akan berada disana”.

Itulah yang penulis maksud dengan makna Habluminallah dan Habluminannas dalam lirik lagu tersebut. Tidak ada niat penulis untuk menodai pemikiran pembaca terhadap suatu keyakinan maupun aqidah. Penulis hanya ingin mengajak pembaca melihat segala sesuatu dari sisi objektif dan di sinkronkan terhadap nilai-nilai agama yang ada pada diri kita. Tentu saja kita harus pandai memilah mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai.

Memang benar, kebenaran hanya milik Allah dan manusia adalah tempat khilaf dan lupa.

“… 'Cos if he doesn't, I'll be there”

HMTI dan MUGI Gelar Seminar Teknologi Update


Himpunan Mahasiswa Teknik Informatika (HMTI) Politeknik Negeri Batam menggelar Seminar Teknologi Update pada sabtu (18/06) kemarin. Acara yang dilaksanakan di kampus Politeknik Negeri Batam ini bekerja sama dengan MUGI-BATAM (Microsoft User Group Indonesia). Seminar yang berjudul “Update Your Knowledge with Unpredictable Technologies” ini dihadiri oleh sebagian besar mahasiswa dan siswa.

“Alhamdulillah acara ini disambut baik oleh para peserta dan kami memohon maaf kepada rekan-rekan lain yang berminat menghadiri acara ini namun sudah kehabisan tiket karena ini semua diluar dari dugaan kami. Peserta membludak,” Ucap Riki, ketua HMTI Politeknik Negeri Batam.

Publikasi yang hanya dilakukan dalam seminggu ternyata langsung mendapat respon yang baik dari para calon peserta. Hanya selang 2 hari dari acara tersebut tiket yang ada sudah habis dipesan oleh peserta.

“Bahkan ada salah satu sekolah yang memesan hingga 25 tiket. Hal ini karena kami mengizinkan para peserta untuk memesan tiket terlebih dahulu karena kuota hanya untuk 150 peserta,” sambungnya.

Seminar tersebut menjelaskan mengenai software baru keluaran Microsoft. Pemateri dari acara tersebut adalah para IT Professional dari MUGI sendiri. Materi yang dibawakan pun terbilang aktual dan up-to-date yaitu Web Matrix, Sharepoint 2010, IE 9/10 dan Tips and Trick Microsoft Word 2010. Junindar selaku ketua MUGI-BATAM mengaku senang dan puas dengan acara ini.

“Peserta ramai. Kita juga membagikan goodies dari Microsoft dan doorprize berupa 2 DVD Microsoft Office Original,” ujarnya.

Acara ini sendiri merupakan serangkaian acara MUGI-BATAM yang bekerja sama dengan perguruan tinggi yang ada di Batam. Arif Ravindra selaku ketua panitia seminar ini mengharapkan akan adanya kerja sama lanjutan untuk acara-acara yang berkaitan dengan teknologi informasi kedepannya. Mahasiwa semester 2 jurusan Teknik Informatika Politeknik Negeri Batam ini sendiri juga menginginkan adanya hubungan timbal balik antara HMTI dan MUGI-BATAM.

“Mudah-mudahan kerja sama ini tidak berhenti sampai disini dan Politeknik nantinya menjadi partner MUGI-Batam dengan dibentuknya MUGI kampus,” harapnya.

Seminar yang berlangsung dari pukul 9:00 WIB hingga 15:00 WIB ini juga disponsori oleh Indosat IM2. Selain itu, HMTI dan MUGI-BATAM juga menggaet Haluan Kepri sebagai media partner. (ro)

DIPLOMA VS SARJANA



“Siapa bilang Diploma itu beda?
Diploma sama dengan Sarjana …”

Sebuah mars yang tidak sengaja terdengar dan membuat saya penasaran ketika sedang menunggu kampiun KRI dan KRCI di Bandara Hang Nadim pada selasa siang (14/06/’11). Penyambutan tim robot Politeknik Negeri Batam yang menjadi juara umum kontes robot Nasional ini dihiasi dengan iringan mars yang saya sebut ‘Mars Diploma’. Mars yang dinyanyikan mahasiswa Politeknik Negeri Batam tersebut ternyata berisi mengenai perbedaan antara program Diploma dan Sarjana.
Seketika itu juga saya mulai teringat ketika saya ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Tamat pendidikan sekolah menengah pada tahun 2009 saya langsung mempersiapkan diri untuk mendaftar menjadi mahasiswa pada salah satu perguruan tinggi. Namun, terjadi konflik internal dipikiran saya mengenai kampus mana yang akan saya pilih dengan jaminan pendidikan yang mampu meningkatkan skill dan wawasan saya. Ketika itu pikiran saya hanya Politeknik Negeri Batam karena saya selalu melihat kampus tersebut setiap pergi dan pulang sekolah.
Namun kebingungan saya tidak berhenti soal kampus tapi saya juga bingung untuk memilih program pendidikan, Diploma atau Sarjana. Akhirnya saya memilih jenjang Sarjana tepatnya S1 dikampus Politeknik Batam (Sebelum menjadi ‘Negeri’) jurusan informatika. Ketika saya dinyatakan lulus, saya bukannya bahagia justru saya semakin bingung. Akhirnya saya mencari referensi mengenai Sarjana dan Diploma serta bagaimana pendidikannya di internal Politeknik Batam sendiri. Beberapa teman saya menyarankan untuk pindah ke D3 karena lebih pada skill dan cocok untuk Kota Batam hal ini didukung pula dari catatan beberapa orang di blog pribadinya mengenai pendidikan Sarjana dan Diploma dikampus Politeknik Batam.
Akhirnya saya putuskan untuk mendaftar ulang sebagai mahasiswa Diploma. Tentu saja dengan alasan kebutuhan lokal Kota Batam terhadap lulusan D3 Politeknik ditambah dengan beberapa referensi yang saya dapat mengenai program S1 yang dijalankan salah satu perguruan tinggi yang juga satu kampus dengan Politeknik.
Kini, selama hampir 2 tahun saya menuntut ilmu di Politeknik Negeri Batam sebagai mahasiswa Diploma saya mendapatkan banyak ilmu dan wawasan. Di kampus ini pula saya bertemu dengan orang-orang luar biasa yang secara tidak langsung menjadi motivator saya. Salah satunya adalah abang dari teman saya yang kini bergaji kurang lebih Rp 8.000.000,- dengan hanya bergelar ‘Ahli Madya’ (Amd). Bagaimana jika dia sudah bergelar Sarjana?
Dan siang ini, saya sudah melihat orang-orang Diploma yang luar biasa yaitu Tim Robot Politeknik Negeri Batam yang akan mewakili Indonesia ke Thailand dan Meksiko. Membawa modal Diploma mereka mampu menunjukkan bahwa Diploma tidak kalah dengan Sarjana.
Jadi sebenarnya tidak ada bedanya antar Diploma dan Sarjana. Hanya konsep pendidikan dan gelar saja yang berbeda. Selebihnya tidak ada perbedaan mencolok antar Diploma dan Sarjana tergantung dari kepentingan kita dalam menuntut ilmu dan visi kita setelah menempuh pendidikan.
“… Yang bilang Diploma itu beda,
Hanya orang yang tidak kuliah!!!”

DEMONSTRASI MERUSAK CITRA MAHASISWA?



“Dimana janji para pemimpin…? Kenapa rakyat ditindas…? Anda tidak pantas untuk memimpin…!!! Ini adalah bentuk ke-TIDAK ADILAN sosial”
Memegang toak jinjing, ber-zirah almamater, berikatkan kain dikepala dan meneriakkan satu kata yaitu ‘Keadilan’. Sebuah keadilan untuk rakyat, keadilan untuk bangsa dan negara. Berteriak didepan gedung intansi pemerintah membawa nama mahasiswa. Itulah bentuk kasar dari demonstrasi mahasiswa. Demonstrasi yang hanya akan membawa kerusuhan dimata masyarakat. Tindak anarkisme yang begitu lekat dalam setiap aksi demonstrasi mahasiswa menjadi momok menakutkan bagi masyarakat.
 Berbagai teriakan keadilan dilontarkan dalam bentuk orasi yang begitu menggelora. Namun tetap saja, rasanya aksi demontrasi tetaplah demonstrasi yang hanya akan berakhir dengan kericuhan. Pemberitaan besar-besaran mengenai aksi anarkis yang dominan digerakkan oleh mahasiswa, sudah terlalu menakutkan bagi masyarakat.
Peta internal masyarakat mengenai aksi demonstrasi mahasiswa inilah sekiranya yang mencerminkan citra mahasiswa terkesan buruk. Seolah-olah mahasiswa hanya pandai berteriak dan membuat macet jalan. Terkadang ada selenting bahwa mahasiswa disuap oleh instansi tertentu dengan kata lain bahwa mahasiswa diboncengi oleh kepentingan. Tentu saja ini sangat menjatuhkan citra mahasiswa walaupun terkadang aksi anarkis memang terjadi dalam aksi demonstrasi.
Namun yang perlu dicermati adalah kenapa harus ada demonstrasi dan apa sebenarnya tujuan demonstrasi mahasiswa. Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan mendasar bagi orang awam yang tidak mengetahui arti penting dan niat baik dari suatu aksi demonstrasi.
Secara psikologi dan tanggung jawab, demontrasi mahasiswa didasari oleh rasa peduli dan pengabdian mahasiswa terhadap masyarakat yang tercantum dalam tridarma perguruan tinggi. Namun secara teknis, demonstrasi bukanlah jalan satu-satunya ataupun langkah awal dalam pemecahan masalah sosial. Namun, demontrasi adalah langkah terakhir setelah beberapa proses seperti diskusi, hearing, meeting dan lain sebagainya. Jika beberapa langkah tersebut tidak digubris dan tidak merubah kebijakan kearah yang lebih baik, maka langkah terakhir akan dilakukan yaitu demonstrasi. Sedangkan demonstrasi sendiri bertujuan untuk memonitor atau memantau kebijakan yang diambil pemerintah yang menyangkut kepentingan masayarakat dan Negara.
Hal ini dikarenakan mahasiswa harus berperan sebagai agent of control setiap kebijakan yang sesuai atau tidak sesuai bagi masyarakat. Bisa dikatakan bahwa ketika ada kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat maka mahasiswa berperan sebagai oposisi pemerintah, namun jika kebijakan yang diterapkan memihak pada rakyat maka mahasiswa berperan sebagai pihak yang pro pemerintah. Itu adalah bentuk profesionalitas mahasiswa sehingga mahasiswa tidak bergerak dibalik kepentingan kelompok tertentu. Dengan kata lain, mahasiswa berdemontrasi adalah untuk kepentingan rakyat bukan atas kepentingan individu atau golongan.
Dengan begitu, maka jelaslah sudah bahwasanya tidak ada niat buruk dibalik aksi demonstrasi mahasiswa. Hanya ingin menunjukan kepedulian terhadap masyarakat dengan caranya sendiri sebagai mahasiswa. Toh, dahulu aksi demontrasi juga yang membawa Indonesia ke masa reformasi seperti sekarang dengan mengorbankan ratusan jiwa mahasiswa. Baik buruknya citra mahasiswa, maka masyarakatlah yang berhak menilai dan mahasiswa tetap dijalur independensi sebagai pembela rakyat. (ro)

Menjadi Pemuda yang Mampu Menjaga Marwah Bangsa

Pemuda Pilar Bangsa
"Berikan saya sepuluh pemuda, akan saya guncangkan dunia!!!"
Itulah salah satu ucapan presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno yang menjadi cambuk mental bagi para pemuda. Ucapan itu menandakan bahwasanya ditangan pemudalah masa depan bangsa dan dunia ditentukan. Karena pemuda adalah manusia-manusia yang produktif yang memiliki pemikiran kreatif dan pantang mengatakan tidak.


Jiwa militansi pemuda dalam bertindak pun tercermin dari setiap langkah dan jejak perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sedikit banyak, pemuda memiliki peran penting dalam torehan tinta sejarah pencapaian proklamasi negeri ini. Bahkan kala itu terciptanya kelompok-kelompok pemuda yang menamakan dirinya jong java, jong sumatera, jong ambon dan lain sebagainya. Demi memperkuat persatuan antara pemuda maka tercetuslah sumpah pemuda yang mendeklarasikan bahwa bagaimanapun keragamannya, Indonesia tetap satu. Indonesia tidak akan terpecah oleh perbedaan.


Tidak hanya berhenti pada peristiwa kemerdekaan, namun jiwa pejuang nan pantang menyerah yang dimiliki pemuda tetap hidup dengan pembuktian pada tahun 1998. Sebagaimana sejarah mencatat, runtuhnya orde baru dibawah kuasa Presiden RI kedua yaitu Soeharto tidak lepas dari andil pemuda dan mahasiswa. Hal ini dipicu oleh idealisme pemuda yang selaku Agents Of Change yang menuntut perubahan kearah yang lebih baik. Tentu saja perubahan yang dimaksud adalah dalam konteks kesejahteraan masyarakat.


Dari rentetan sejarah diatas sudah jelas bahwa pemuda adalah salah satu pilar penting kebangkitan Negara Indonesia. Dengan kata lain, sudah seharusnyalah pemuda tetap memberikan andil positif bagi perkembangan bangsa ini. Kini peran pemuda tidak lagi terfokus pada Agents Of Change, namun lebih kepada Agents Of Control. Agen yang selalu menjadi pemantau pergerakan kebijakan dan perkembangan bangsa.


Pemantauan yang dimaksud adalah bagaimana para pemuda masih mampu menjaga marwah Negara ini. Karena era globalisasi yang begitu pesat cukup mempengaruhi identitas bangsa dari segi sosial dan budaya. Berbagai macam bentuk pengaruh sosial dan budaya yang masuk membuat Negara ini semakin terkontaminasi dengan pengaruh kehidupan dari Negara luar. Tentunya kita tahu, bahwa negara-negara asia tenggara sudah kental dengan budaya timur yang penuh ramah tamah dan sopan santun termasuk Indonesia.

Membaur Bukan Untuk Melebur
Pesatnya perkembangan teknologi informasi memudahkan perkembangan globalisasi sosial dan budaya. tidak jarang kita menjumpai masyarakat yang bertetangga namun tidak saling mengenal antara tetangganya bahkan yang berada tepat diesebelah rumahnya. Contoh lebih nyata dan sering terlihat saat ini adalah bagaimana ‘hubungan’ antara pria dan wanita yang tidak memiliki hubungan secara sah. Pergaulan yang ada terkesan ‘tanpa batas’ menjurus bebas yang tidak jarang berkhir pada pernikahan diusia muda karena kecelakaan syahwat.


Begitu juga dari segi budaya, khususnya budaya berpakaian masyarakat Indonesia yang sopan dan tertutup kini berubah lebih terbuka. Istilah ‘pakaian setengah jadi’ pun kini sudah marak terlihat di kalangan publik. Saat ini sudah sulit menemukan perempuan yang mau berpakaian longgar, alih-alih yang ada adalah wanita-wanita yang mengenakan pakaian yang menampakkan lekuk tubuhnya.


Tentu saja ini berpengaruh pada harga diri atau marwah bangsa ini. Bangsa yang begitu terhormat dengan kesopanannya baik dalam berkehidupan sosial maupun budaya mulai menjadi perbincangan dalam konteks negatif. Beberapa daerah bahkan menjadi tempat wisata prostitusi bagi pelancong dari negeri tetangga. Identitas Negara yang begitu dibanggakan kini mulai diragukan. Jelaslah sudah bagaimana bobroknya mental bangsa ini dalam menyikapi pengaruh luar yang ada.


Namun jika kita kaji lebih dalam lagi, sebenarnya tidak ada yang salah dari globalisasi sosial dan budaya. kesalahan yang ada adalah bagaimana Negara ini menyikapi pengaruh yang masuk. Amerika dengan budaya liberalnya menjadi Negara adikuasa, India dengan tarian seksinya mampu melahirkan ilmuan-ilmuan luar biasa, China dengan komunisnya mampu menguasai pasar perdagangan dunia.


Sayangnya yang didapat dari Negara ini adalah Junk Culture dari efek globalisasi. Nilai-nilai buruk yang dianggap menguntungkan bagi sebagian pihak atau golongan menjadi bisnis menggairahkan. Namun nilai-nilai positif yang ada justru diabaikan dan tidak diperdulikan. Inilah yang menjadi perkerjaan rumah yang besar bagi pemuda sebagai Agents of Control untuk memantau Negara ini. Jangan sampai marwah Indonesia yang pernah menjadi macan asia justru hanya menjadi tikus korupsi dimata Negara tetangga.


Sosialisasi dan pembentukan karakter harus ditanam sejak dini agar terhindar dari pengaruh negative globalisasi. Terus melakukan kajian terhadap isu-isu terkait jati diri agar identitas bangsa ini tetap terjaga. Pergerakan untuk menentang hal-hal yang dirasa merugikan bisa digunakan sebagai jalan terakhir untuk menentang virus globalisasi.


Tapi perlu dipahami lagi, dari setiap kejadian tentu ada niat baik dari semua itu. Apa yang terjadi pada bangsa ini tentunya menjadi cambuk motivasi untuk pemuda agar lebih peka terhadap isu-isu internal terkait jati diri bangsa. Jangan sampai Indonesia kecolongan karena kelalaian pemuda menjaga gerbang marwah bangsa ini. Selain itu, globalisasi mengajarkan kita untuk lebih hati-hati dalam menyikapi setiap budaya yang masuk. Seharusnya sikap bangsa ini adalah membaur bukan melebur, menjadi kopi yang dituangkan kedalam air panas yang mampu mengharumkan sekitarnya.(ro)

MOM Bukan Ajang Pembodohan Dan Kekerasan

Dari 34 mahasiswa Politeknik Negeri Batam yang mengisi quisioner terkait MOM, 10 diantaranya menyatakan ada sisi traumatis yang dirasakan mahasiswa terhadap MOM Politeknik Negeri Batam. Dengan kata lain 29,4 % mahasiswa merasakan dampak negatif yang berlebihan dari MOM.

Dari analisa yang ada, sebagian besar merasa trauma karena adanya efek senioritas yang berlebihan dari para senior. Lebih dari itu, mahasiswa merasa MOM sebagai ajang untuk pembodohan dan kekerasan yang dilakukan oleh senior terhadap yunior dan amat disayangkan lagi alumni yang seharusnya menjaga juga ikut ‘membantai’ para yuniornya. Tentu saja ini menjadi catatan penting untuk melakukan perubahan pada MOM khususnya Politeknik Negeri Batam.

“Kekerasan yang terjadi berbanding terbalik dengan yang telah dikonsepkan, konsep awal hanya untuk melatih mental mahasiswa baru untuk menghadapi lingkungan kampus yang baru namun dalam perjalanannya terjadi perubahan dikarenakan kurangnya kordinasi terhadap panitia pelaksana dan ego dari panitia pelaksana itu sendiri” imbuh Muhammad Saiful, Presiden BEM Politeknik Negeri Batam 2011-2012.

Pernyataan diatas menerangkan penyebab beberapa keluhan dan kesalahpahaman yang dialamatkan terhadap MOM. Dengan begitu pekerjaan rumah sudah menanti panitia MOM Politeknik Negeri Batam selanjutnya untuk menciptakan MOM yang lebih bermanfaat dan relatif jauh dari sikap senioritas yang berlebihan dan kekerasan.

Keluhan tersebut bukan kali ini saja diutarakan, namun sudah sejak beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi pada MOM 2010 Politeknik Negeri Batam, konsep senioritas, pembodohan dan kekerasan sudah mulai dihilangkan. Hal ini terlihat dari beberapa langkah yang diambil yaitu dengan pemberian materi kemahasiswaan dan motivasi untuk memacu semangat mahasiswa. Pemberian gambaran akan pentingnya mahasiswa dengan narasumber ternama juga bisa dijadikan pertimbangan untuk peningkatan kualitas MOM.

Luki Sensini, Ketua Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) Politeknik Negeri Batam 2011-2012, yang mengikuti MOM 2009 Politeknik Negeri Batam mengungkapkan bahwa pemikiran kreatif, pendirian dan komitmen kuat sebagai mahasiswa yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan pribadinya didapatkan dari MOM. MOM juga yang meningkatkan motivasinya sebagai aktivis kampus dengan tetap menjaga kepentingan akademik yang ia emban.

Dengan demikian MOM sebagai ‘gerbang’ masuk Politeknik Negeri Batam memberi manfaat yang cukup baik bagi mahasiswa. Cetak biru perubahan terhadap MOM pun sudah mulai dirancang pihak BEM Politeknik Negeri Batam jauh sebelum penerimaan mahasiswa baru. Hal ini juga terlihat dari antusias mahasiswa untuk ikut berpartisipasi pada panitia MOM berikutnya. Dari 34 mahasiswa Politeknik Negeri Batam yang menjawab pentingnya MOM, 100% menganggap MOM penting untuk terus diadakan.

Saatnya Menjadi 'Director Of Change'


Mengutip dari ucapan seorang gerilyawan terkenal dalam sejarah, “Jika hatimu tergetar melihat penindasan, maka kau adalah kawanku”. Ucapan Che Guevara tersebut memacu seseorang untuk berontak terhadap penindasan dalam artian tidak diam dibalik ketakutan terhadap hukum. Begitu juga apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa untuk lebih awas terhadap kebijakan-kebijakan disekitarnya yang menyangkut kesejahteraan umum.
            Dari awal mahasiswa sudah ditanamkan pemikiran bahwasanya mereka adalah agent of change dan agent of control. Itulah ucapan yang selalu diungkapkan oleh para aktifis senior ketika harus berbicara didepan yunior untuk menyampaikan materi terkait peran mahasiswa. Namun masih sedikit yang paham akan kedua peran tersebut dan lebih mirisnya lagi hanya sedikit yang peduli terhadap lingkungan sekitar hal ini terkait sifat apatis yang dibawa dari masa sekolah dulu.
            Menurut Musfi Yendrea wakil ketua Sumbar Intellectual Society (SIS) dalam situs enewsletterdisdik.wordpress.com, sebagai kaum terdidik yang hidup dilingkungan masyarakat maka mahasiswa memiliki beberapa peran yang harus diemban yaitu:
1.      Mahasiswa sebagai iron stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya.
2.      Mahasiswa sebagai agent of change, yaitu mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan yang diharapkan dalam rangka kemajuan bangsa. Dilakukan dengan memperjuangkan hak-hak rakyat kecil dan miskin, mengembalikan nilai-nilai kebenaran yang diselewengkan oleh oknum-oknum elit.
3.      Mahasiswa sebagai agent of problem solver, yaitu mahasiswa harus menjadi generasi yang memberikan solusi dari setiap persolaan yang terjadi dalam lingkungan dan bangsanya sendiri. Dengan berbagai analisa dan kajian-kajian akademik yang dilakukan, semestinya mahasiswa bisa membantu jalan keluar terhadap kondisi sulit yang dihadapi oleh pengambil kebijakan.
4.      Mahasiswa sebagai agent of control, yaitu mahasiswa berfungsi sebagai kapten dari kapal pemerintahan yang mengawasi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh nahkoda pemerintahan.
Namun, menurut Rama Pratama mantan ketua Senat Mahasiswa UI (kini BEM-UI) dalam tulisannya ditahun 1999 yang berjudul “Gerakan Mahasiswa dan Civil Society” bahwasanya beberapa peran diatas belum memadai. Seharusnya mahasiswa sudah mulai menjadi director of change dimana peran mahasiswa lebih kepada pengarah perubahan.
Jika dikaji lebih lanjut maka peran director of change dilaksanakan setelah beberapa peran sebelumnya. Sehingga, ketika mahasiswa mampu melakukan perubahan terhadap suatu kebijakan maka mahasiswa tidak lantas melepas perubahan yang telah terjadi. Mahasiswa harus mampu mengarahkan perubahan yang didapat menuju implementasi dari rencana yang telah dipetakan. Sehingga impian-impian yang telah disusun dan dituntut dapat dicapai dan dirasakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Dari beberapa peran mahasiswa yang ada, dapat ditarik garis besar bahwasanya tujuan dari peran tersebut adalah menjamin dan menjaga kepentingan rakyat diatas kepentingan individu atau golongan. Karena sejatinya mahasiswa, pemerintah, anggota dewan, pejabat eksekutif pemerintahan dan seluruh orang di suatu Negara adalah satu yaitu rakyat. Dengan demikian maka para pembuat kebijakan harus berfikir sebagai rakyat yang akan merasakan dampak positif maupun negatif dari suatu kebijakan dan mahasiswa harus mampu menjaga dan mengawasi setiap langkah yang terkait kebijakan pemerintah terhadap rakyat.(ro)

Marwah Melayu, Korban Perjudian Bisnis Wisata

Kepulauan Riau (Kepri) merupakan provinsi yang terhitung muda di Indonesia. Baru terbentuk ditahun 2002 hasil pemekaran provinsi kepri. Kepri sendiri terbentuk berdasarkan UU No. 25 Tahun 2002 sekaligus menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabuten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga.

Ibu Kota dari Kepri sendiri adalah Tanjung Pinang dimana mayoritas penduduknya adalah keturunan suku melayu. Hal ini bisa dilihat dari logat berbicara yang masih kental dengan bahasa melayu. Selain itu suku melayu dikenal kuat dalam menjaga marwah diri dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran. Selain karena faktor suku, hal ini juga diperkuat dengan agama.

Mayoritas penduduk melayu adalah pemeluk agama Islam yang notabene selalu menjaga diri dari fitnah. Artinya adalah, Islam mewajibkan umatnya untuk menjaga diri dari hal-hal yang bisa menjatuhkan harga diri umatnya. Hal-hal tersebut salah satunya adalah cara berpakaian khususnya bagi wanita. Tidak hanya Islam tapi mayoritas setiap agama pasti menganjurkan umatnya untuk menjaga harga dirinya.

Peningkatan Wisata Topeng Pelindung Kemaksiatan

Pesta bikini atau bikini party dilaksanakan Sabtu (14/5) sore di Kota Tanjung Pinang tepatnya di pantai Lagoi. Acara tersebut diselenggarakan atas kerjasama antara Dinas Pariwisata Bintan dengan Fashion TV (FTV) sebuah stasiun televisi internasional. Hal ini dimaksudkan untuk menarik wisatawan asing datang mengunjungi Kepri dan nantinya bisa menjadi pemasukkan bagi kas daerah.

Namun yang perlu dicermati adalah apa yang dikonsepkan dari acara tersebut. Acara tersebut merupakan pesta bikini alias pameran pakaian dalam wanita yang tentunya akan diperagakan oleh wanita bukan patung. Wanita-wanita tersebut akan berjalan melenggak-lenggok hanya dengan mengenakan pakaian dalam. Acara ini akan disaksikan oleh para tamu baik lokal maupun wisatawan asing.

Namun sayangnya, justru acara yang jelas-jelas akan menuai kontra karena bertolak belakang dengan background melayu tersebut mendapat dukungan dari Gubernur Kepri. HM Sani mengungkapkan bahwa acara tersebut masih dalam taraf wajar.
"Inti dari tourism adalah menarik sebanyak mungkin wartawan masuk ke daerah kita. Para tamu itu datang ke sini hanya mau melihat hal yang beda. Memang begitu kondisi para turis," ungkap Sani, Selasa (2/5).

Gelar Datuk Setia Amanah, gelar yang disematkan oleh sani dari Lembaga Adat Melayu (LAM), seolah-olah tidak sejalan dengan perkataan HM Sani. Sani dengan jelas mengkhianati amanah rakyat Kepri yang sangat kontra terhadap pameran bikini tersebut. Selain itu sani juga melanggar UU Pornografi.

Masih Banyak Cara Lain
Melayu merupakan tanah yang kental akan budaya dan adat istiadat. Berbagai macam kesenian ada di tanah melayu dengan begitu banyak ragam. Mulai dari tarian, music hingga peninggalan-peninggalan sejarah. Bahkan untuk menjaga kelestarian dan rasa cinta terhadap budaya melayu banyak kompetisi yang memperlombakan kreatifitas di bidang seni melayu yang salah satunya adalah lomba tari melayu kreasi.

Peninggalan sejarah pun banyak dapat ditemui di Kepri. Untuk Kota Tanjung Pinang terdapat peninggalan sejarah dari Raja Ali Haji yaitu Masjid Penyengat di Pulau Penyengat. Selain itu ada Kampung Vietnam di Pulau Galang yang merupakan bekas domisili warga Vietnam yang mengungsi karena gejolak perang dinegaranya.

Berbagai event-event khas budaya melayu pun sering diadakan guna menarik minat wisatawan asing untuk dating mengunjungi Kepri. Bahkan Kepri sendiri menjadi gerbang wisata kedua setelah Bali. Hal ini tercatat dengan kunjungan wisatawan asing dengan jumlah 1,5 juta orang pada 2005 (id.wikipedia.org).

Dari fakta-fakta diatas sudah jelas bahwasanya tidak perlu sampai ada pameran bikini di Tanah Marwah ini. Dengan memaksimalkan beberapa potensi diatas maka Kepri bisa menjadi ‘buah bibir’ manca Negara nantinya. Hanya tinggal bagaimana Dinas Pariwisata mampu memoles ‘intan dalam lumpur’ tersebut tanpa mengesampingkan identitas lokal melayu.

Diharapkan nantinya Kepri bisa menjadi trend setter bagi Provinsi lain dalam hal pariwisata. Sehingga motto Kepri “Berpancang Amanah Bersauh Marwah” dapat dijaga. Begiut juga untuk Indonesia sebagai negera timur tidak terlepas dari identitasnya namun tetap diperhitungkan didunia. Jangan sampai demi eksistensi dan popularitas kita harus terkena efek negative globalisasi. (*)