Marwah Melayu, Korban Perjudian Bisnis Wisata

Kepulauan Riau (Kepri) merupakan provinsi yang terhitung muda di Indonesia. Baru terbentuk ditahun 2002 hasil pemekaran provinsi kepri. Kepri sendiri terbentuk berdasarkan UU No. 25 Tahun 2002 sekaligus menjadi Provinsi ke-32 di Indonesia yang mencakup Kota Tanjung Pinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabuten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas dan Kabupaten Lingga.

Ibu Kota dari Kepri sendiri adalah Tanjung Pinang dimana mayoritas penduduknya adalah keturunan suku melayu. Hal ini bisa dilihat dari logat berbicara yang masih kental dengan bahasa melayu. Selain itu suku melayu dikenal kuat dalam menjaga marwah diri dan menjunjung tinggi nilai-nilai ketimuran. Selain karena faktor suku, hal ini juga diperkuat dengan agama.

Mayoritas penduduk melayu adalah pemeluk agama Islam yang notabene selalu menjaga diri dari fitnah. Artinya adalah, Islam mewajibkan umatnya untuk menjaga diri dari hal-hal yang bisa menjatuhkan harga diri umatnya. Hal-hal tersebut salah satunya adalah cara berpakaian khususnya bagi wanita. Tidak hanya Islam tapi mayoritas setiap agama pasti menganjurkan umatnya untuk menjaga harga dirinya.

Peningkatan Wisata Topeng Pelindung Kemaksiatan

Pesta bikini atau bikini party dilaksanakan Sabtu (14/5) sore di Kota Tanjung Pinang tepatnya di pantai Lagoi. Acara tersebut diselenggarakan atas kerjasama antara Dinas Pariwisata Bintan dengan Fashion TV (FTV) sebuah stasiun televisi internasional. Hal ini dimaksudkan untuk menarik wisatawan asing datang mengunjungi Kepri dan nantinya bisa menjadi pemasukkan bagi kas daerah.

Namun yang perlu dicermati adalah apa yang dikonsepkan dari acara tersebut. Acara tersebut merupakan pesta bikini alias pameran pakaian dalam wanita yang tentunya akan diperagakan oleh wanita bukan patung. Wanita-wanita tersebut akan berjalan melenggak-lenggok hanya dengan mengenakan pakaian dalam. Acara ini akan disaksikan oleh para tamu baik lokal maupun wisatawan asing.

Namun sayangnya, justru acara yang jelas-jelas akan menuai kontra karena bertolak belakang dengan background melayu tersebut mendapat dukungan dari Gubernur Kepri. HM Sani mengungkapkan bahwa acara tersebut masih dalam taraf wajar.
"Inti dari tourism adalah menarik sebanyak mungkin wartawan masuk ke daerah kita. Para tamu itu datang ke sini hanya mau melihat hal yang beda. Memang begitu kondisi para turis," ungkap Sani, Selasa (2/5).

Gelar Datuk Setia Amanah, gelar yang disematkan oleh sani dari Lembaga Adat Melayu (LAM), seolah-olah tidak sejalan dengan perkataan HM Sani. Sani dengan jelas mengkhianati amanah rakyat Kepri yang sangat kontra terhadap pameran bikini tersebut. Selain itu sani juga melanggar UU Pornografi.

Masih Banyak Cara Lain
Melayu merupakan tanah yang kental akan budaya dan adat istiadat. Berbagai macam kesenian ada di tanah melayu dengan begitu banyak ragam. Mulai dari tarian, music hingga peninggalan-peninggalan sejarah. Bahkan untuk menjaga kelestarian dan rasa cinta terhadap budaya melayu banyak kompetisi yang memperlombakan kreatifitas di bidang seni melayu yang salah satunya adalah lomba tari melayu kreasi.

Peninggalan sejarah pun banyak dapat ditemui di Kepri. Untuk Kota Tanjung Pinang terdapat peninggalan sejarah dari Raja Ali Haji yaitu Masjid Penyengat di Pulau Penyengat. Selain itu ada Kampung Vietnam di Pulau Galang yang merupakan bekas domisili warga Vietnam yang mengungsi karena gejolak perang dinegaranya.

Berbagai event-event khas budaya melayu pun sering diadakan guna menarik minat wisatawan asing untuk dating mengunjungi Kepri. Bahkan Kepri sendiri menjadi gerbang wisata kedua setelah Bali. Hal ini tercatat dengan kunjungan wisatawan asing dengan jumlah 1,5 juta orang pada 2005 (id.wikipedia.org).

Dari fakta-fakta diatas sudah jelas bahwasanya tidak perlu sampai ada pameran bikini di Tanah Marwah ini. Dengan memaksimalkan beberapa potensi diatas maka Kepri bisa menjadi ‘buah bibir’ manca Negara nantinya. Hanya tinggal bagaimana Dinas Pariwisata mampu memoles ‘intan dalam lumpur’ tersebut tanpa mengesampingkan identitas lokal melayu.

Diharapkan nantinya Kepri bisa menjadi trend setter bagi Provinsi lain dalam hal pariwisata. Sehingga motto Kepri “Berpancang Amanah Bersauh Marwah” dapat dijaga. Begiut juga untuk Indonesia sebagai negera timur tidak terlepas dari identitasnya namun tetap diperhitungkan didunia. Jangan sampai demi eksistensi dan popularitas kita harus terkena efek negative globalisasi. (*)

0 komentar:

Posting Komentar